41.
MANQOBAH KE EMPATPULUH SATU: SALAH SEORANG MURID ABDUL QODIR TIDAK MERASA LAPAR
DAN HAUS SETELAH MENGHISAP JARI TANGAN SYEKH ABDUL QODIR
Syekh Arif Abu Muhammad Syawir As-Sibti berkata:
"Pada suatu hari saya berangkat menuju Baghdad berziarah kepada Syekh Abdul Qodir,
lalu saya membantu beliau beberapa hari lamanya. Pada waktu saya akan pulang,
lebih dahulu saya menghadap guruku Syekh untuk mohon diri. Beliau berkata
padaku: "Silahkan kamu pergi, aku do'akan semoga kamu selamat di
perjalanan dan selamat sampai di tempat tujuan."
Kemudian beliau mengulurkan tangannya menyuruh
padaku supaya jari tangannya dihisap. Lalu kuhisap jari tangan beliau itu.
Beliau berwasiat kepadaku: "Agar nanti di perjalanan jangan
meminta-minta." Setelah saya pamit, berangkatlah saya menuju mesir.
Berkat karomah Syekh, di perjalanan saya tidak
pernah merasa lapar atau haus, juga tidak mengurangi kekuatan fisik, dengan
selamat tidak kurang suatu apapun sampailah saya di kampung halaman".
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
42. MANQOBAH KE EMPAT PULUH DUA : SYEKH SON'ANI KARENA TIDAK TAAT KEPADA SYEKH ABDUL QODIR NASIBNYA MENJADI PENGGEMBALA BABI
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
42. MANQOBAH KE EMPAT PULUH DUA : SYEKH SON'ANI KARENA TIDAK TAAT KEPADA SYEKH ABDUL QODIR NASIBNYA MENJADI PENGGEMBALA BABI
Pada waktu Syekh Abdul Qodir menerima sabda
Rosululloh saw, bahwa telapak kaki beliau bakal memijak pundak-pundak para
waliyulloh, sabda Rosululloh itu diumumkan dan disebarkan kepada seluru para
wali, baik yang hadir maupun yang tidak hadir/raib.
Mendengar pengumuman itu, mereka para waliyulloh
menghadap syekh, dan mereka meletakkan kaki beliau di atas pundaknya
masing-masing karena menghormati dan mengagungkannya, kecuali sorang wali
namanya Syekh Son'ani, ia berkata: "Saya juga cinta mahabbah kepada Syekh,
tetapi untuk diinjak pundakku nanti dahulu, dan rasanya tidak perlu."
Ucapan Syekh Son'ani itu terdengar oleh Syekh, dan
beliau berkata: "Telapak kakiku akan menginjak pundaknya si penggembala
babi".
Tidak berapa lama kemudian, Syekh Son'ani berangkat
berziarah menuju kota
Mekkah diiringi sampai ratusan santri-santrinya. Takdir tidak bisa ditolak,
demikianlah ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa berlaku bagi hambanya.
Pada waktu Syekh Son'ani berjalan melewati sebuah
kampung yang penduduknya mayoritas menganut agama nasroni, kebetulan ia melihat
sebuah kedai, penjual warung itu seorang perempuan beragama nasroni penjual
minuman keras. Keistimewaan perempuan itu pandai menarik para pembeli karena
wajahnya cantik tiada bandingnya, badannya mulus dan mantap, mendebarkan hati
para pemuda. Konon tiada seorang lelakipun yang tidak terpikat olehnya.
Demikian pula Syekh Son'ani, melihat kecantikan
perempuan itu terpesona sehingga luluh hatinya, hilang rasa malu pada dirinya,
wibawanya jatuh di hadapan santri-santri pengiringnya, sehingga dengan senang
hati ia rela menyerahkan dirinya untuk menjadi pelayan perempuan itu. Dengan
suka rela serta sungguh-sungguh ia mau bekerja, dan pekerjaan apapun ia
kerjakan demi untuk menyenangkan perempuan cantik itu.
Pada suatu hari perempuan itu menyuruh Syekh Son'ani
menggembalakan babi piaraannya, memangku anak babi yang masih kecil agar jangan
sampai terinjak induknya. Ia tidak merasa hina disuruh menggembala babi itu,
malah merasa bangga dan gembira diperintah kekasihnya itu.
Melihat kejadian itu, seluruh santri-santri
pengiringnya itu mereka pulang meninggalkan gurunya, karena secara menyolok
Syekh Son'ani gurunya itu telah mencemarkan dan menodai agama. Yang masih
tinggal dua orang, yaitu Syekh Fariduddin dan Syekh Mahmud Maghribi. Kedua
santri itu berunding mencari jalan pemecahan musibah yang menimpa pada gurunya.
Hasil perumusannya mereka berpendapat bahwa: "Musibah ini harus diperbaiki
dari sumbernya dan ditelusuri sebab akibatnya, kemungkinan karena tidak adanya
loyalitas murid terhadap gurunya dan kata bertuah yang dikatakan Syekh Abdul
Qodir kepada Syekh Son'ani, maka untuk hal ini saya akan menghadap yang mulia
Syekh". Kata Syekh Fariduddn: "Kamu Syekh Mahmud tinggal di
sini."
Kemudian Syekh Fariduddin berangkat menuju kota Baghdad, setibanya di kota itu lalu ia mencari
pekerjaan berat dan hina, akhirnya terpaksa pekerjaan itu diterima dan
dikerjakan, yaitu membuang kotoran dari kakus.
Pada suatu hari Syekh mengetahui dan menyaksikan
Syekh Fariduddin sedang bekerja berat yaitu sedang menjunjung wadah yang penuh
dengan kotoran dan pada saat itu turunlah hujan dengan derasnya sehingga wadah
kotoran itu penuh dengan air hujan melimpah dan membasahi badan Syekh
Fariduddin.
Memperhatikan beban berat yang dipikul Syekh
Fariduddin, Syekh merasa iba hatinya, lalu beliau memanggil Syekh Fariduddin
dan menanyakan namanya.
Setelah Syekh Fariduddin memperkenalkan diri, dan ia
juga teman Syekh Son'ani, Syekh bertanya lagi: "Kamu sebenarnya mau apa?
Dan silahkan mau minta apa?".
Dijawab oleh Syekh Fariduddin: "Kiranya yang
bertanya lebih arif bijaksana, lebih mengetahui maksud saya sebenarnya".
Syekh berkata: "Kamu mendapat maqom, yakni
kedudukan yang lebih tinggi, dan juga gurumu kuampuni".
Kata Syekh Fariduddin: "Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi selain diampuni dosa guruku".
Kata Syekh: "Memang benar, gurumu telah kuampuni karena kedudukanmu itu".
Kata Syekh Fariduddin: "Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi selain diampuni dosa guruku".
Kata Syekh: "Memang benar, gurumu telah kuampuni karena kedudukanmu itu".
Bertepatan dengan saat memberi ampun, detik itu pula
Syekh Son'ani siuman sadar kembali dari kelalaiannya, lalu ia membaca
istighfar, dan ketika itu juga hatinya menjadi berubah tertanam dan berkembang
perasaan cinta, rindu mahabbah pada Syekh, dan segera ia berangkat menuju kota
Baghdad dengan kebulatan tekad yang kuat akan bertobat kepada Syekh. Demikian
pula tidak kurang pentingnya perempuan cantik yang beragama nasroni itu dan
juga kekasih Syekh Son'ani ikut terbawa bersama Syekh Son'ani berziarah dengan
keyakinan yang kuat akan masuk agama islam berikrar di hadapan Syekh.
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
43.
MANQOBAH KE EMPAT PULUH TIGA SYEKH ABDUL QODIR DUDUK DI ATAS SEJADAH
MELAYANG-LAYANG DI ATAS SUNGAI DAJLAH
Syekh Sahal bin Abdullah At-Tastari di kala
mukasyafah berkata: "Pada suatu hari masyarakat Baghdad merasa kehilangan Syekh Abdul Qodir,
mereka sibuk mencari di mana Syekh itu berada. Setelah diadakan pencarian yang
seksama, diketemukan beliau sedang duduk di atas air sungai Dajlah, beliau
dikerumuni berbagai jenis ikan menciumi tangan dan kaki beliau".
Kata Syekh Sahal: "Saya tidak merasa bosan
melihat keajaiban beraneka jenis ikan dengan nuansa beraneka warna dan dengan
gerakan gaya
yang berbeda pula, sehingga tidak terasa sampai datang waktu dzuhur. Di kala
itu saya melihat sajadah warnanya hijau disulam dengan benang emas dan perak
bermotifkan tulisan dua baris, baris pertama:
'ALAA INNA AULIYAA ALLOOHI LA KHOFUN 'ALAIHIM
WALAAHUM YAHZANUN
(Sesungguhnya para kekasih Alloh itu mereka tidak
merasa takut dan bagi mereka tidak merasa sedih duka nestapa).
Dan baris kedua dengan tulisan:
SALAAMUN 'ALAIKUM AHLAL BAITI INNAHU HAMIIDUN MAJIID
(Keselamatan dan kesejahteraan tetap bagimu sekalian
wahai Ahli Bait Nabawi, sesungguhnya Alloh Maha Terpuji, Maha Agung).
Sajadah itu terhampar melayang di atas sungai
Dajlah, lalu Syekh duduk di atas sajadah itu. Tidak lama kemudian datang
rombongan kawula muda rata-rata tubuhnya tegap semampai, wajahnya tampan,
ganteng ceria penuh wibawa mengiringkan seorang pria yang kegantengan dan
kharismanya melebihi dari yang lainnya. Di hadapan mereka terhampar sejadah,
dengan serempak mereka berdiri menghormati Syekh dengan sopan santun dan rasa
khidmat seolah-olah mereka terkendali dengan kewibawaan beliau. Lalu Syekh
berdiri untuk melaksanakan sholat berjama'ah, beliau menjadi imam dan yang
lainnya menjadi makmum, termasuk para wali Baghdad.
Di kala Syekh mengucapkan takbir, para malaikat pemangku 'arasy dengan serempak pula mengucapkan takbir. Di waktu membaca tasbih, seluruh malaikat yang di langit mengikuti membaca tasbih. Pada waktu beliau membaca tahmid keluar dari mulut Syekh sinar cahaya memancar menjulang ke atas.
Di kala Syekh mengucapkan takbir, para malaikat pemangku 'arasy dengan serempak pula mengucapkan takbir. Di waktu membaca tasbih, seluruh malaikat yang di langit mengikuti membaca tasbih. Pada waktu beliau membaca tahmid keluar dari mulut Syekh sinar cahaya memancar menjulang ke atas.
Seusai melaksanakan sholat, lalu beliau membaca
do'a:
ALLOHUMA INNII AS ALUKA BIHAQQI JADDIL NABIYYIKA
WAKHIYAROTIKA MIN KHOLKIKA ALLA TAQBADO RUUHA MURIIDII WA MURIIDATAN LII ILLA
'ALAA TOOBATI
(Ya Alloh, aku mohon pada-Mu dengan bertawassul pada
kakek moyangku Nabi Muhammad saw pilihan-Mu dan makhluk-Mu. Semoga Engkau Ya
Alloh, jangan merenggut nyawa muridku baik pria maupun wanita sebelum mereka
itu bertobat lebih dahulu pada-Mu).
Seluruh Malaikat membaca amin atas doa itu, demikian
pula seluruh kaum muslimin yang hadir. Di kala itu datang hatif dari alam gaib,
firman Alloh: "Wahai Abdul Qodir, bergembiralah, karena doamu telah Ku
terima".
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
44. MANQOBAH KE EMPATPULUH EMPAT : BERKAT SYAFAAT SYEKH ABDUL QODIR, WALI YANG MARDUD (DITOLAK) DAPAT DITERIMA KEMBALI MENJADI WAI MAQBUL (DITERIMA)
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
44. MANQOBAH KE EMPATPULUH EMPAT : BERKAT SYAFAAT SYEKH ABDUL QODIR, WALI YANG MARDUD (DITOLAK) DAPAT DITERIMA KEMBALI MENJADI WAI MAQBUL (DITERIMA)
Diriwayatkan dalam kitab Malfudhul Ghoyyatsiyyah
pada zaman Syekh Abdul Qodir ada seorang wali yang dikeluarkan, dilepas oleh
Alloh dari pangkatkewaliannya.
Umumnya masyarakat telah mengetahui tentang
ditolaknya wali tersebut oleh Alloh, telah tercatat dari daftar waliyulloh.
Namun ia berusaha dengan sekuat tenaga, dengan didukung oleh semangat juang
tinggi, minta bantuan dan syafaat rekaan-rekannya.
Sebanyak tiga ratus enam puluh wali, merasakan rasa
solidaritas mengajukan permohonan kepada Alloh agar ia dapat diangkat kembali
dan diterima disisi-Nya.
Merasakan nasib malang yang diderita rekannya itu, seluruh
wali yang tiga ratus enampuluh orang itu mereka bersama-sama bermunajat
mengadukan halnya, berdo’a memohon kepada Alloh supaya rekannya wali yang
dilepas itu diangkat kembali menjadi waliyulloh. Namun dari seluruh permohonan
mereka itu, tidakada seorangpun do’anya yang diterima Alloh.
Maka untuk meyakinkan lagi para waliyyulloh itu
masing-masing melihat ketentuan suratan yang tertulis di Lauhil Mahfudz,
ternyata tampak dengan jelas tertulis bahwa wali rekannya itu sudah disatukan
dengan kelompok orang-orang celaka.
Atas kesepakatan bersama dianjurkan supaya ia dengan
segera menghadap Syekh Abdul Qodir untuk memohon syafaatnya. Lalu dengan
merendahkan diri ia menghadap Syekh, beliau berkata: “Mari sini lebih dekat
lagi, sesungguhnya Alloh telah mencopot pangkat kewalianmu. Mudah-mudahan aku
bisa mengusahakan, dan menjadikan agar kamu dapat diterima kembali menjadi
waliyulloh dengan ijin Alloh".
Kemudian Syekh berdo’a kepada Alloh, mohon supaya
wali yang ditolak itu dapat diangkat kembali, diterima menjadi waliyulloh.
Di kala itu datang hatif dari Yang Maha Kuasa:
“Wahai Abdul Qodir, ada tiga ratus enam puluh orang wali mereka berdo’a minta
pertolongan untuk wali yang Ku tolak itu, dan tidak seorang pun do’a
permohonannya yang Ku terima, sebab wali itu telah tertulis di Lohmahfud
termasuk orang yang celaka”.
Syekh menjawab: ”Ya Alloh, apa halangannya, Engkau
Maha Kuasa, siapa yang ditolak, Engkau dapat menolaknya, demikian pula siapa
yang diterima Engkau bisa saja menerimanya, dan mengapa lidahku Engkau jadikan
supaya aku bisa menyanggupi orang, bahwa ia dapat diterima bila Engkau telah
memutuskan dan menjadikan orang itu ditolak”.
Kemudian dating hatip, Alloh bersabda: ”Wahai Abdul
Qodir, sekarang silahkan siapa yang dianggap olehmu ditolak akan Ku tolak, dan
Aku serahkan padamu dengan tugas untuk mengangkat dan memberhentikan dari
pangkat kewalian”.
Lalu syekh berkata kepada wali mardud itu: ”Segera
kamu membersihkan diri, mandi tobat, karena kedudukanmu sekarang sudah di
angkat kembali menjadi waliyyulloh.
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
45. MANQOBAH KEEMPAT PULUH LIMA: SYEKH ABDUL QODIR MENYELAMATKAN MURIDNYA DARI API DUNIA DAN AKHIRAT
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
45. MANQOBAH KEEMPAT PULUH LIMA: SYEKH ABDUL QODIR MENYELAMATKAN MURIDNYA DARI API DUNIA DAN AKHIRAT
Syekh Miyan Udhmatulloh dari golongan Imam Ulama
Arifin berkata: "Di negeriku Burhaniyun, saya bertetangga dengan seorang
kaya. Ia beragama Hindu penyembah api (agni), namun ia sangat rindu cinta
kepada Syekh Abdul Qodir. Setiap tahun diundang para pejabat pemerintah, para
ulama, dan tidak terkecuali para fakir miskin untuk berpesta bersuka ria, makan
bersama di rumahnya. Untuk lebih semarak lagi, rumahnya dihiasi dengan dekorasi
yang beraneka ragam wama keindahannya, ditaburi dengan bunga-bunga yang harum
semerbak serta minyak yang harum mewangi. Tujuan diadakan pesta itu semata-mata
terdorong rasa cinta mahabah kepada Syekh, malah ia merasa bangga mengaku
menjadi muridnya. Rupanya ajal telah tiba baginya, dan setiap jiwa harus
merasakan mati. Pada waktu mati, keluarganya merawat mayat itu sesuai dengan
keyakinannya, yaitu tata cara agama Hindu, si mayat harus dibakar. Timbul
keanehan, di luar kebiasaan sosok mayat itu tidak hangus terbakar menjadi abu,
bahkan sehelai rambutpun tidak lenyap dimakan api. Akhirnya keluarganya sepakat
bahwa mayat itu lebih baik dihanyutkan ke sungai. Menghadapi kejadian ini, di
negeri tersebut berdiam seorang wali. Pada malam harinya ia bermimpi dikunjungi
Syekh. Beliau berpesan: "Mayat orang Hindu yang te·rapung-apung
dihanyutkan air itu ialah muridku, dan ia telah diberi nama Sa‘dulIah, supaya
ia segera diangkat dari sungai dan dikubur sebagaimana mestinya menurut
kewajiban dan ketentuan agama Islam, karena ia seorang muslim. Mengapa sosok
mayat itu tidak lenyap dimakan api sehingga api tidak mempan untuk membakarnya?
Hal ini tiada lain karena Alloh telah berjanji padaku bahwa Alloh tidak akan
membakar murid-muridku baik dari api dunia maupun api neraka.
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
46. MANQOBAH KEEMPAT PULUH ENAM : KEBERADAAN, PERWUJUDAN, SYEKH ABDUL QODIR ADALAH WUJUD NABI MUHAMMAD SAW
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
46. MANQOBAH KEEMPAT PULUH ENAM : KEBERADAAN, PERWUJUDAN, SYEKH ABDUL QODIR ADALAH WUJUD NABI MUHAMMAD SAW
Syekh Abdul Qodir berkata: "Haadzal Wujuud
Wujuudu Jaddi La WujuuduAbdul Qodir (Keberadaan/perwujudanku ini adalah wujud
kakek moyangku Nabi Muhammad SAW. bukan wujud Abdul Qodir)".
Para ulama meriwayatkan bahwa pada
suatu hari, Syekh berangkat pulang menuju rumah beliau. Di belakang beliau
diikuti sang putra Abdul Jabbar. Sesampainya di rumah, Abdul Jabbar tidak
melihat bahwa ayahnya itu berada di rumah, lalu ditanyakan kepada ibunya,
"Tadi saya berjalan mengikuti ayah ke sini, pada waktu sampai di ambang
pintu, saya tidak melihat ayah masuk ke dalam rumah".
Ibunya berkata: "Sebenamya ayahmu itu sudah lima belas hari tidak
pulang-pulang ke rumah".
Lalu Abdul Jabbar berangkat menuju tempat berkhalwat ayahnya, terlihat pintunya terkunci, ia berkeyakinan pasti ayahnya itu ada di ruang khalwat. Di ambang pintu ruang khalwat lama ia menunggu sampai tengah malam.
Lalu Abdul Jabbar berangkat menuju tempat berkhalwat ayahnya, terlihat pintunya terkunci, ia berkeyakinan pasti ayahnya itu ada di ruang khalwat. Di ambang pintu ruang khalwat lama ia menunggu sampai tengah malam.
Pada pertengahan malam, baru pintu ruang khalwat itu
dibuka oleh Syekh sambil beliau berkata: "Menurut penglihatan orang
banyak, ayah berangkat menuju rumah, padahal masuk ke ruang khalwat ini, sama
seperti penglihatanmu tadi".
Kemudian Abdul Jabbar bertanya kepada ayahnya:
"Rosululloh bila beliau qodo hajat atau buang air kecil, seketika itu juga
bumi menghisapnya sehingga tidak ada bekasnya. Keringatnya harum semerbak
seharum minyak kasturi, dan lalat pun enggan hinggap pada badan beliau. Semua
yang saya sebut terbukti khususiah, keistimewaan itu sekarang ada pada
ayah".
Syekh menjawab "Sesungguhnya Abdul Qodir telah
fana secara konstan pada kelestarian diri kakek moyangnya, Nabi Muhammad
SAW."
Lalu Abdul Jabbar berkata lagi: "Nabi Muhammad
bila beliau berjalan biasanya dipayungi awan berarak, rasanya tidak ada salahnya
ayah juga kalau berjalan dipayungi awan ?".
Beliau menjawab: "Hal itu sengaja kita
tinggalkan, jangan sampai nanti disangka menjadi Nabi".
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
47. MANQOBAH KEEMPAT PULUH TUJUH: SYEKH ABDUL QODIR DIGODA SYETAN
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
47. MANQOBAH KEEMPAT PULUH TUJUH: SYEKH ABDUL QODIR DIGODA SYETAN
Diriwayatkan, bahwa pada suatu hari syetan menghadap
Syekh Abdul Qodir, memperkenalkan diri sebagai Jibril, dan berkata bahwa ia
membawa buroq dari Alloh dan mengundangnya untuk menghadap Alloh di langit
tertinggi. Syekh segera menjawab bahwa si pembicara tiada lain syetan si iblis,
karena baik buroq maupun Jibril tiada akan turun ke dunia selain turun kepada
Nabi Muhammad SAW.
Syetan masih punya cara lain, katanya : "Baik
Abdul Qodir, engkau telah menyelamatkan diri dengan keluasan ilmumu".
"Enyahlah !", bentak Syekh, "Jangan
kau goda aku, dan bukan karena ilmuku, tapi karena rahmat Alloh, aku selamat
dari perangkapmu".
Ketika Syekh sedang di rimba belantara, tanpa makan
dan minum untuk waktu yang lama, awan menggumpal di angkasa, dan turunlah
hujan. Syekh meredakan dahaganya dengan curahan hujan itu. Muncullah sosok
terang di cakrawala dan berseru: "Akulah Tuhanmu, kini kuhalalkan bagimu
segala yang haram".
Syekh berkata: "Aku berlindung kepada Alloh
dari godaan syetan yang terkutuk".
Sosok itupun berubah menjadi awan, dan terdengar
berkata: "Dengan ilmumu dan rahmat Alloh, engkau selamat dari tipuanku,
padahal aku telah menggoda dan menyesatkan tujuh puluh orang yang sedang
menuntut ilmu Ketauhidan".
Lalu muridnya bertanya tentang kesigapan Syekh dalam
mengenal bahwa ia syetan. Jawaban beliau dengan pernyataan yang menghalalkan
segala yang haram yang membuatnya tahu. sebab peryataan semacam itu tentu bukan
dari Alloh.
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
48. MANKQOBAH KEEMPAT PULUH DELAPAN : SYEKH ABDUL QODIR MENAMPAR SYETAN
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
48. MANKQOBAH KEEMPAT PULUH DELAPAN : SYEKH ABDUL QODIR MENAMPAR SYETAN
Pada suatu hari, Syekh Abdul Qodir didatangi syetan,
sosok tubuhnya buruk menjijikan, pakaiannya compang-camping dan badannya bau
busuk, lalu ia berucap: "Saya datang jauh-jauh untuk menghadapmu
semata-mata dengan maksud menjadi pelayan Syekh. Semoga saya dapat
diterima".
Permintaannya itu diacuhkan Syekh, lalu ditampar
mukanya, seketika itu juga ia menghilang tanpa bekas. Saat muncul lagi, ia
membawa obor yang menyala, maksudnya ingin membakar Syekh. Lalu beliau
mengambil pedang dan ketika akan dilepas, ia kabur terbirit-birit. Tidak lama
kemudian ia datang lagi sambil menangis pura-pura minta ampun tidak akan
menggoda lagi, padahal diam-diam ia memperlihatkan peralatan untuk menggoda
manusia. Syekh berkata: "Enyah kamu !. Berkali-kali kamu datang lagi
menggodaku, dan aku tidak akan terpedaya dengan rayuan gombalmu".
Lalu dengan cepat beliau merampas alat-alat itu dari
tangan syetan dan diredamnya. Akibat kegagalan usahanya, syetan itu kabur.
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
49. MANKOBAH KEEMPAT PULUH SEMBILAN : RAJA BAGHDAD MEMBERI HADIAH UANG KEPADA SYEKH ABDUL QODIR, UANG ITU BERUBAH MENJADI DARAH
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
49. MANKOBAH KEEMPAT PULUH SEMBILAN : RAJA BAGHDAD MEMBERI HADIAH UANG KEPADA SYEKH ABDUL QODIR, UANG ITU BERUBAH MENJADI DARAH
Diriwayatkan, raja Baghdad yang bernama Yusup bin Abi Mudhoffar
memberi hadiah kepada Syekh Abdul Qodir berupa sepuluh pundi-pundi uang yang
diantarkan oleh sepuluh kawula pengawalnya, namun hadiah itu tidak diterima
Syekh. Akhirnya raja itu sendiri terjun datang kepada Syekh sambil berkata:
"Saya sengaja datang ke sini untuk memberi hadiah bagi Syekh berupa
sepuluh pundi uang, jangan sampai tidak diterima".
Lalu Syekh mengambil dua pundi sambil dipijit-pijit
pundi uang itu dengan tangan beliau, tiba-tiba terpancarlah darah dari pundi
uang itu mengalir keluar.
Syekh berkata: "Coba lihat pundi itu isinya
bukan uang melainkan darah manusia melulu, hasil dari pemerasan manusia
terhadap manusia, bagaimana mungkin saya harus menerima hadiah ini?".
Menyaksikan kejadian itu, sang raja merasa malu tersipu-sipu.
Syekh berkata: "Dengan adanya peristiwa ini,
demi dzat keagungan Alloh, kalau sekiranya nasab keturunannya, silsilahnya
tidak sampai menyambung kepada Rosululloh SAW. pasti darah ini akan mengalir
menjadi sungai, dan darah itu nantinya akan mengalir ke rumahnya".
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
50. MANQOBAH KELIMA PULUH : SYEKH ABDUL QODIR DIMINTA MEMBERIKAN BUAH APEL OLEH RAJA BAGHDAD BUKAN PADA MUSIM BERBUAH
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
50. MANQOBAH KELIMA PULUH : SYEKH ABDUL QODIR DIMINTA MEMBERIKAN BUAH APEL OLEH RAJA BAGHDAD BUKAN PADA MUSIM BERBUAH
Diriwayatkan, pada suatu hari raja Baghdad datang berkunjung kerumah Syekh Abdul
Qodir dengan maksud meminta karomah beliau untuk ketentraman hatinya.
Syekh berkata: "Kiranya apa saja yang perlu
saya bantu ?".
Dijawab oleh sang raja, "Saya minta buah
apel". Sedangkan pada waktu itu, buah apel belum musimnya berbuah. Lalu
tangan beliau diangkat ke atas, pada waktu diturunkan kembali tangannya
menggenggam buah apel, yang sebuah diberikan kepada raja, dan yang sebelah lagi
dibelah oleh beliau sendiri.
Pada waktu sang raja membelah dan mengupas apel
ternyata di dalamnya penuh dengan ulat-ulat (belatung) yang menjijikan.
Lalu raja bertanya, "Mengapa buah apel ini
penuh dengan belatung ?", Syekh menjawab "Yah, karena buah itu telah
dipegang oleh tangan kotor kedurhakaan".
Mendengar penjelasan dari Syekh, raja terkejut lalu
dibacanya istighfar, kemudian ia bertobat di hadapan Syekh. Untuk perkembangan
selanjutnya, raja Bagdad itu menjadi mitra
Syekh sampai ia mangkat.
***alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar