a'uudzu billaahhi minasy syaithoonir rojiim
alaa inna auliya alloohhi laa khoufun 'alaihim walaa
hum yahzanuun
bismillaahhir rohmaanir rohiim
alhamdulillaahhi robbil 'aalamiin
wal 'aaqibatu lilmuttaqiin
wa laa 'udwaana illa 'alaazh zhoolimiin
washsholaatu wassalaamu 'alaa sayyidinaa muhammadiw
wa 'alaa aalihhii wa shohbihhi ajma'iin ammaa ba'du
Dengan asma Alloh Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Puja-puji bagi Alloh pembina semesta alam.
Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada
junjungan alam, nabi kita Nabi Muhammad saw, beserta keluarganya, sahabatnya,
serta auliya Alloh, dan para pengikut beliau dari dahulu sampai sekarang dan
pada masa yang akan datang.
Maka ini sekelumit Manaqib Sulthonul Auliya Syekh
Abdul Qodir Jailani qsn, memetik dari kitab Tafrikhul Khothir fii Manaqibis
Syaikh Abdul Qodir dan dari kitab 'Uquudul Laili fii Manaqibil Jaili.
Semoga dengan diperingati dan dibacakan manaqib ini,
yakni riwayat serta sejarah perjuangan Syekh Abdul Qodir Jailani, senantiasa
Alloh SWT melimpahkan kurnia kepada kita sekalian, terutama kepada shohibul
hajat keselamatan dan keberkahannya.
1. MANQOBAH PERTAMA: MENERANGKAN TENTANG NASAB KETURUNAN SYEKH ABDUL QODIR JAELANI
NASAB DARI AYAH
Sayyid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani ayahnya
bernama : Abu Sholeh Janki Dausat, putra Abdullah, putra Yahya az-Zahid, putra
Muhammad, putra Daud, putra Musa at-Tsani, putra Musa al-Jun, putra Abdulloh
al-Mahdi, putra Hasan al-Mutsanna, cucu Nabi Muhammad saw. putra Sayyidina 'Ali
Karromallohu Wajhahu.
NASAB DARI IBU
Sayyid Abdul Qodir Jaelani ibunya bernama : Ummul
Khoer Ummatul Jabbar Fathimah putra Sayyid Muhammad putra Abdulloh asSumi'i,
putra Abi Jamaluddin as-Sayyid Muhammad, putra al-Iman Sayid Mahmud bin Thohir,
putra al-Imam Abi Atho, putra sayid Abdulloh al-Imam Sayid Kamaludin Isa, putra
Imam Abi Alaudin Muhammad al-Jawad, putra Ali Rido Imam Abi Musa al-Qodim,
putra Ja'far Shodiq, putra Imam Muhammad al-Baqir, putra Imam Zaenal Abidin,
putra Abi Abdillah al-Husain, putra Ali bin Abi Tholib Karromallohu wajhah.
Dengan demikian, Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah
Hasani dan sekaligus Husaini.
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana
waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
***
2.
MANQOBAH KEDUA: BEBERAPA MACAM TANDA KEMULIAAN PADA WAKTU SYAIKH ABDUL QODIR
DILAHIRKAN
Sayid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani dilahirkan di Naif, Jailani Irak pada tanggal 1 bulan Romadhon, tahun 470 Hijriyah, bertepatan dengan 1077 Masehi.
Sayid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani dilahirkan di Naif, Jailani Irak pada tanggal 1 bulan Romadhon, tahun 470 Hijriyah, bertepatan dengan 1077 Masehi.
Beliau wafat pada tanggal 11 Rabiul Akhir tahun 561
Hijriyah bertepatan dengan 1166 Masehi, pada usia 91 tahun. Beliau dikebumikan
di Bagdad, Irak.
PADA MALAM BELIAU DI LAHIRKAN ADA
LIMA KAROMAH
(KEMULIAAN):
- Ayah Syekh Abdul Qodir Jaelani, yaitu Abi Sholih Musa Janki, pada malam hari bermimpi dikunjungi Rosululloh SAW., diiringi para Sahabat dan Imam Mujtahidin, serta para wali. Rosululloh bersabda kepada Abi Sholih Musa Janki: "Wahai, Abi Sholih kamu akan diberi putra oleh Alloh. Putramu bakal mendapat pangkat kedudukan yang tinggi di atas pangkat kewalian sebagaimana kedudukanku diatas pangkat kenabian. Dan anakmu ini termasuk anakku juga, kesayanganku dan kesayangan Alloh.
- Setelah kunjungan Rosululloh SAW, para Nabi datang menghibur ayah Syekh Abdul Qodir : "Nanti kamu akan mempunyai putra, dan akan menjadi Sulthonul Auliya, seluruh wali selain Imam Makshum, semuanya di bawah pimpinan putramu".
- Syekh Abdul Qodir sejak dilahirkan menolak untuk menyusu, baru menyusu setelah berbuka puasa.
- Di belakang pundak Syekh Abdul Qodir tampak telapak kaki Rosululloh SAW, dikala pundaknya dijadikan tangga untuk diinjak waktu Rosululloh akan menunggang buroq pada malam Mi'raj
- Pada malam dilahirkan, Syekh Abdul Qodir diliputi cahaya sehingga tidak seorangpun yang mampu melihatnya. Sedang usia ibunya waktu melahirkan ia berusia 60 tahun, ini juga sesuatu hal yang luar biasa.
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
3. MANQOBAH KETIGA : KECERDASAN SYEKH ABDUL QODIR DALAM WAKTU MENUNTUT ILMU
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
3. MANQOBAH KETIGA : KECERDASAN SYEKH ABDUL QODIR DALAM WAKTU MENUNTUT ILMU
Syekh Abdul Qodir dalam menuntut ilmu berusaha
mencari guru-guru yang sudah pakar dalam ilmunya. Beliau mempelajari serta
memperdalam bermacam-macam disiplin ilmu diantaranya disiplin ilmu syari'ah.
Seluruh gurunya mengungkapkan tentang kecerdasan
Syekh Abdul Qodir. Beliau belajar ilmu Fiqih dari Abil Wafa 'Ali bin 'Aqil.
Dari Abi 'Ali Khotob alKaludiani dan Abi Husein Muhammad bin Qodhi. Ditimbanya
ilmu Adab dari Abi Zakaria At-Tibrizi. Ilmu Thoriqoh dipelajarinya dari Syekh
Abi Khoer Hamad bin Muslim bin Darowatid Dibbas.
Sementara itu, beliau terus menerus meraih pangkat
yang sempurna, berkat rahmat Alloh Yang Maha Esa sehingga beliau menduduki
pangkat tertinggi. Dengan semangat juang yang tinggi, disertai kebulatan tekad
yang kuat beliau berusaha mengekang serta mengendalikan hawa nafsu
keinginannya. Beliau berkhalwat di Iraq dua puluh tahun lamanya, dan
tidak berjumpa dengan siapapun.
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
4. MANQOBAH KEEMPAT : KEPRIBADIAN DAN BUDI PEKERTI SYEKH ABDUL QODIR
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
4. MANQOBAH KEEMPAT : KEPRIBADIAN DAN BUDI PEKERTI SYEKH ABDUL QODIR
Akhlaq, pribadi Syekh Abduk Qodir Jaelani sangat
taqwa disebabkan sangat takutnya kepada Alloh, hatinya luluh, air matanya
bercucuran. Do'a permohonannya diterima Alloh. Beliau seorang dermawan berjiwa
sosial, jauh dari perilaku buruk dan selalu dekat dengan kebaikan. Berani dan
kokoh dalam mempertahankan haq, selalu gigih dan tegar dalam menghadapi
kemungkaran. Beliau pantang sekali menolak orang yang meminta-minta, walau yang
diminta pakaian yang sedang beliau pakai. Sifat dan watak beliau tidak marah
karena hawa nafsu, tidak memberi pertolongan kalau bukan karena Alloh.
Beliau diwarisi akhlaq Nabi Muhammad SAW.,
ketampanan wajahnya setampan Nabi Yusuf a.s. Benarnya (shiddiqnya) dalam segala
hal sama dengan benarnya Sayidina Abu Bakar r.a. Adilnya, sama dengan keadilan
Sayidina Umar bin Khottob r.a. Hilimnya dan kesabarannya adalah hilimya
Sayidina Utsman bin Affan r.a. Kegagahan dan keberaniannya, berwatak keberanian
Sayidina Ali bin Abi Tholib Karromallohu wajhah.
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
5. MANQOBAH KELIMA : PAKAIAN SYEKH ABDUL QODIR DAN UJIAN YANG BELIAU TERIMA
Pakaian Syekh Abdul Qodir yaitu jubah dari bulu domba yang kasar, dikepala beliau dililitkan sebuah kain. Di kala beliau berjalan walaupun jalan yang dilaluinya banyak durinya, beliau jarang beralas kaki, tidak memakai terompah apalagi sepatu. Makanannya cukup hanya makan buah-buahan dan dedaunan. Dan kebiasaan beliau, tidak tidur dan tidak minum air kecuali hanya sedikit saja, dan pernah dalam waktu yang lama, beliau tidak makan, kemudian beliau berjumpa dengan seseorang yang memberikan sebuah pundi-pundi berisikan sejumlah uang dirham. Sebagai pemberian hormat kepada pemberinya, beliau mengambil sebagian uang tadi untuk membeli roti dan bubur, kemudian duduklah beliau untuk memakannya. Tiba-tiba ada sepucuk surat yang tertulis demikian :
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
5. MANQOBAH KELIMA : PAKAIAN SYEKH ABDUL QODIR DAN UJIAN YANG BELIAU TERIMA
Pakaian Syekh Abdul Qodir yaitu jubah dari bulu domba yang kasar, dikepala beliau dililitkan sebuah kain. Di kala beliau berjalan walaupun jalan yang dilaluinya banyak durinya, beliau jarang beralas kaki, tidak memakai terompah apalagi sepatu. Makanannya cukup hanya makan buah-buahan dan dedaunan. Dan kebiasaan beliau, tidak tidur dan tidak minum air kecuali hanya sedikit saja, dan pernah dalam waktu yang lama, beliau tidak makan, kemudian beliau berjumpa dengan seseorang yang memberikan sebuah pundi-pundi berisikan sejumlah uang dirham. Sebagai pemberian hormat kepada pemberinya, beliau mengambil sebagian uang tadi untuk membeli roti dan bubur, kemudian duduklah beliau untuk memakannya. Tiba-tiba ada sepucuk surat yang tertulis demikian :
انما جعلت الشهوات لضعفاء عبادي ليستعينوا بها على الطاعة واما الاقوياء فما لهم الشهوات
INNAMAA JU'ILATIS SYAHAWAATU LIDHU'AFAA'I 'IBAADII LIYASTA'IINUU BIHAA 'ALAT-THO'AATI, WA AMMAL AQWIYAA'U FAMAA LAHUMUS-SYAHAWAATU
INNAMAA JU'ILATIS SYAHAWAATU LIDHU'AFAA'I 'IBAADII LIYASTA'IINUU BIHAA 'ALAT-THO'AATI, WA AMMAL AQWIYAA'U FAMAA LAHUMUS-SYAHAWAATU
(Sesungguhnya syahwat-syahwat
itu adalah untuk hamba-hambaKU yang lemah, untuk menunjang berbuat tho'at. Adapun
orang-orang yang kuat itu seharusnya tidak punya syahwat keinginan).
Maka setelah membaca surat tersebut beliau tidak jadi makan.
Kemudian beliau mengambial saputangannya, terus meninggalkan makan roti dan
bubur tadi. Lalu beliau menghadap qiblat serta sholat dua roka'at. Setelah
sholat, beliau mengerti bahwa dirinya masih diberi pertolongan oleh Alloh SWT.
Dan hal itu merupakan ujian bagi beliau.
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
6. MANQOBAH KEENAM : SYEKH ABDUL QODIR BERSAMA NABI KHIDHIR DI IRAQ
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
6. MANQOBAH KEENAM : SYEKH ABDUL QODIR BERSAMA NABI KHIDHIR DI IRAQ
Pada waktu Syekh Abdul Qodir memasuki negara Iraq,
beliau ditemani oleh Nabi Khidhir a.s., pada waktu itu Syekh belum kenal, bahwa
itu Nabi Khidhir a.s., Syekh dijanjikan oleh Nabi Khidhir, tidak diperbolehkan
mengingkari janji. Sebab kalau ingkar janji, bisa berpisah. Kemudian Nabi
Khidhir a.s. berkata : "Duduklah engkau disini ! Maka duduklah Syekh pada
tempat yang yang ditunjukkan oleh Nabi Khidhir a.s. selama 3 tahun. Setiap
tahunnya Syekh dikunjungi oleh Nabi Khidhir a.s. sambil berkata :
"Janganlah kamu meninggalkan tempat ini sebelum aku datang kepadamu
!".
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
7. MANQOBAH KETUJUH : KEBIASAAN SYEKH ABDUL QODIR SETIAP MALAM DIGUNAKAN UNTUK IBADAH SHOLAT DAN DZIKIR
Syekh Abu Abdillah Muhammad al-Hirowi meriwayatkan
bahwa :"Saya berkhidmat menjadi mitra dan mendampingi Syekh Abdul Qodir
selama empat puluh tahun lamanya. Selama itu saya (Syekh Abu Abdillah)
menyaksikan beliau bila sholat Shubuh hanya dicukupkan dengan wudhu 'Isya,
artinya beliau tidak bathal wudhu.
Seusai sholat lalu Syekh masuk kamar menyendiri
sampai waktu sholat Shubuh. Para pejabat
pemerintah banyak yang datang untuk bersilaturrahmi, tapi kalau datangnya malam
hari tidak bisa bertemu dengan beliau terpaksa mereka harus menunggu sampai
waktu Shubuh.
Pada suatu malam saya mendampingi beliau, sekejap matapun
saya tidak tidur, saya menyaksikan sejak sore hari beliau melaksanakan sholat
dan pada malam harinya dilanjutkan dengan zikir, lewat sepertiga malam lalu
beliau membaca :
ALMUHIITHUR ROBBUSY SYAHIIDUL HASIIBUL FA'AALUL
KHOLLAAQUL KHOOLIQUL BAARI`UL MUSHOWWIR.
Tampak badannya bertambah kecil sampai mengecil
lagi, lalu badannya berubah menjadi besar dan bertambah besar, lalu naik tinggi
ke atas meninggi bertambah tinggi lagi, sampai tidak tampak dari pemandangan.
Sejurus kemudian beliau muncul lagi berdiri melakukan sholat dan pada waktu
sujud sangat lama sekali.
Demikianlah beliau mendirikan sholat semalam suntuk,
dari dua pertiga malam harinya, lalu beliau menghadap qiblat sambil membaca
do'a.
Tiba-tiba terpancarlah sinar cahaya menyoroti arah
beliau dan badannya diliputi sinar cahaya dan tidak henti-hentinya terdengar
suara yang mengucapkan salam sampai terbit fajar.
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana
waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
8. MANQOBAH KEDELAPAN : BERLAKU BENAR DAN JUJUR ADALAH PANDANGAN HIDUP SYEKH ABDUL QODIR
***
8. MANQOBAH KEDELAPAN : BERLAKU BENAR DAN JUJUR ADALAH PANDANGAN HIDUP SYEKH ABDUL QODIR
Diriwayatkan, Syekh Abdul Qodir ditanya oleh seorang
ikhwan, "Apakah pedoman dalam pandangan hidup ber'amal?". Beliau
menjawab: "Bagiku wajib benar pantang untuk berdusta."
Diriwayatkan, pada waktu Syekh menginjak usia muda
belia, berusia 18 tahun. Pada suatu hari yaitu hari Arafah bagi kaum muslimin
yang naik haji atau sehari sebelum 'Iedul Adha, beliau pergi ke padang rumput
menggembalakan seekor unta. Ditengah perjalanan unta tersebut menoleh ke
belakang dan berkata kepada beliau : "Hei Abdul Qodir, kamu tercipta bukan
sebagai penggembala unta."
Peristiwa itu mengejutkan Syekh, dan beliau kembali
pulang. Sekembali di rumahnya, beliau naik ke atap rumahnya, dan dengan mata
bathinnya beliau melihat suatu majelis yang amat besar di Arafah. Setelah itu
Syekh datang menemui ibunya dan berkata : "Wahai Ibunda tercinta, tadi
sewaktu saya menggembala unta, si unta berkata padaku dengan bahasa manusia
yang fasih ; 'Hei Abdul Qodir, kamu tercipta bukan sebagai penggembala unta',
karenanya bila bunda mengizinkan, saya ingin mesantren ke negeri Baghdad."
Seperti telah diketahui umum, pada waktu itu
Baghdadlah pusat pengetahuan agama Islam. Ketika Ibunya mendengar permohonan
puteranya, maka keluarlah air matanya, mengingat ia sudah tua dan suaminya,
yakni Ayahanda Syekh Abdul Qodir sudah lama meninggal dunia; timbul pertanyaan
di hati Sang Bunda: apakah aku akan bertemu lagi dengan puteraku tercinta?
Akan tetapi karena Sang Ibu adalah seorang wanita
yang bersih hati, maka ia tidak menghalangi niat mulia Sang Putra.
Lalu Sang Ibu berkata: "Baiklah wahai anakku,
bila memang tekadmu sudah bulat, Ibu mengizinkanmu mesantren ke Baghdad, ini
Ibu sudah mempersiapkan uang 40 dinar yang ibu jahit dalam bajumu, persis dibawah
ketiak bajumu. Uang ini adalah peninggalan Almarhum Ayahmu. Namun sebelum
berpisah, Ibu ingin agar kau berjanji pada ibu, agar jangan pernah kau berdusta
dalam segala keadaan."
Syekh Abdul Qodirpun mempersembahkan janjinya pada
Sang Bunda : "Saya berjanji untuk selalu berkata benar dalam segala
keadaan, wahai ibunda". Kemudian berpisahlah ibu dan anak tersebut dengan
hati yang amat berat.
Setelah beberapa hari kafilah berangkat, dan Syekh
Abdul Qodir turut pula di dalamnya berjalan dengan selamat, maka tatkala
kafilah itu hampir memasuki kota Baghdad, di suatu tempat,
Hamdan namanya, tiba-tiba datang segerombolan perampok. Enam puluh orang
penyamun berkuda merampok kafilah itu habis-habisan.
Semua perampok tadi tidak ada yang memperdulikan,
menganiaya atau bersikap bengis kepada Syekh Abdul Qodir, karena beliau nampak
begitu sederhana dan miskin. Mereka berprasangka bahwa pemuda itu tidak punya
apa-apa.
Kemudian ada salah seorang penyamun datang bertanya
"Hei anak muda, apa yang kau punyai?" Kemudian Syekh menjawab :"
Saya punya uang 40 dinar".
"Tampang gembel gini ngaku kaya,
huh,dasar!", hardik si penyamun sambil ngeloyor pergi.
Lalu si penyamun menghadap kepala rampok sambil
mengadu :" Wahai ketua , tadi ada pemuda miskin, ia mengaku mempunyai 40
dinar, namun tidak ada satupun yang percaya."
"Dasar bodoh, bukannya kalian buktikan, malah
dibiarkan, bawa pemuda itu kesini!", bentak si kepala rampok pada anak
buahnya. Lalu Syekh di hadapkan kepada pimpinan rampok dan ditanya oleh ketua
rampok : "Hai anak muda, apa yang kau punyai?".
Syekh Abdul Qodir menjawab: "Sudah kubilang
dari tadi, bahwa aku mempunyai 40 dinar emas, di jahit oleh ibuku di bawah
ketiak bajuku, kalau kalian tidak percaya biar kubuktikan!". Lalu Syekh
membuka bajunya dan mengiris kantong di bawah ketiak bajunya dan sekaligus
menghitung uang sejumlah 40 dinar tadi.
Melihat uang sebanyak itu, sang kepala penyamun
bukannya bergembira, tapi malah diam terpesona sejenak, lalu bertanya pada
Syekh : "Anak muda, orang lain jangankan punya uang sebanyak ini, punya
satu senpun kalau belum dipukul belum mau menyerahkan, kenapa kamu yang punya
uang sebanyak ini justru selalu jujur kalau ditanya?".
Syekh menjawab dengan tenang: " Aku telah
berjanji pada ibuku untuk jujur dan tidak dusta dalam keadaan apapun. Jika aku
berbohong maka tidak bermakna upayaku menimba ilmu agama."
Mendengar jawaban itu, sang kepala penyamun tadi
bercucuranlah air matanya, dan jatuh terduduk di kaki Syekh Abdul Qodir sambil
berkata : "Dalam keadaan segawat ini, kau tidak berani melanggar janji
pada ibumu, betapa hinanya kami yang selama ini melanggar perintah Tuhan,
sekarang saksikan di hadapanmu bahwa kami bertobat dari pekerjaan hina
ini."
Kemudian kepala perampok tadi dan anak buahnya
mengembalikan semua barang-barang hasil rampokan kepada kafilah, perjalanan
dilanjutkan sampai ke Baghdad.
Anak buah perampok semua mengikuti jejak langkah pemimpinnya. Kembalilah mereka
kedalam masyarakat biasa mencari nafkah dengan halal dan jujur.
* Diriwayatkan, kepala perampok itu menjadi murid
pertamanya.
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
9. MANQOBAH KESEMBILAN: SYEKH ABDUL QODIR UNTUK PERTAMA KALINYA MEMBERIKAN CERAMAH PENGAJIAN DI HADAPAN PARA ULAMA BAGHDAD
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
9. MANQOBAH KESEMBILAN: SYEKH ABDUL QODIR UNTUK PERTAMA KALINYA MEMBERIKAN CERAMAH PENGAJIAN DI HADAPAN PARA ULAMA BAGHDAD
Dalam kitab Bahjatul Asror diterangkan bahwa pada
hari selasa tanggal enam bulan Syawal tahun 521 Hijriyah menjelang waktu
dzuhur, saya melihat kedatangan Rosululloh SAW, kata Syekh Abdul Qodir, lalu
beliau bersabda kepadaku : "Wahai anakku, mengapa kamu tidak segera
memberikan pengajian pada jama'ah pengajian itu?". Lalu Syekh Abdul Qodir
mengemukakan alasannya : "Ya Rosulalloh, bagaimana saya bisa memberikan
pengajian, sebagaimana diketahui bahwa saya ini orang ajam, sedangkan mereka
para Alim Ulama Baghdad yang akan kuhadapi, mereka sangat fasih berbahasa
Arab".
"Coba buka mulutmu!", sabda Rosululloh
SAW. yang ditujukan kepadaku. Lalu saat itu pula saya membuka mulut, kemudian
diludahinya mulutku tujuh kali oleh Rosululloh SAW. Sabda beliau : "Mulai
sekarang, silakan kamu mengajar, ajaklah mereka menuju Tuhanmu dengan jalan
hikmat dan kebijaksanaan, berikan nasihat dengan tuntunan dan tutur kata yang
baik." Setelah itu beliau menghilang dari pandanganku. Setelah kejadian
itu lalu aku melaksanakan sholat Dzuhur.
Tidak berapa lama kemudian saya melihat orang-orang
berdatangan dari beberapa arah, mereka berbondong-bondong menuju madrosahku.
Menghadapi kejadian ini saya menjadi gugup, badan terasa menggigil, dagu
menggeletar, gigi gemeretak, hatiku berdebar-debar. Dan anehnya lagi mulutku
terasa terkunci dan tidak bisa berbicara.
Menghadapi kebingungan ini tiba-tiba terlihat
Sayyidina Ali langsung berdiri di hadapanku sambil bertanya: "Mengapa kamu
tidak segera memulai pengajian?". Dengan penuh khidmat saya menjawab:
"Saya menjadi kaku dan gugup, tidak bisa berbicara menghadapi orang
banyak". Lalu beliau menyuruh padaku untuk membuka mulut.
Setelah mulutku dibuka agak ternganga, lalu
diludahinya enam kali. Saya bertanya kepada beliau: "Mengapa tidak tujuh
kali ?". Beliau memjawab: " Karena menghormati kepada yang lebih
tinggi kedudukannya, yakni Rosululloh SAW". Setelah itu beliau menghilang
lagi dari pandanganku.
Sejurus kemudian badanku menjadi tidak kaku dan
hatiku terasa lapang, tidak ada sesuatu apapun yang mengganjal, lalu saat itu
pula pengajian dibuka dan dimulai dengan lancarnya.
Pada pengajian pertama itu saya mulai memberikan
nasihat dengan pendahuluan pembahasan sebagai berikut:
ghowwasul fikri yaghusu fi bahril qolbi 'ala duroril
ma'arifi faastakhrijuhaa ilas sahilis shodri fayunaadi 'alaiha simsarut
turjumanil lisani watasytari binafaisi husnit tho'ati fi buyutin adzinallohu
anturfa'a.
"Pola pikirku diibaratkan para penyelam, menyelam ke dasar lautan hati, untuk mencari mutiara ma'rifat, setelah kuperoleh lalu aku muncul kepermukakaan tepi pantai lautan dada, lalu para pialang melalui para penerjemahnya menawarkan dagangannya, dan mereka membeli dengan nilai ketaatan, ketaqwaan yang baik.
"Pola pikirku diibaratkan para penyelam, menyelam ke dasar lautan hati, untuk mencari mutiara ma'rifat, setelah kuperoleh lalu aku muncul kepermukakaan tepi pantai lautan dada, lalu para pialang melalui para penerjemahnya menawarkan dagangannya, dan mereka membeli dengan nilai ketaatan, ketaqwaan yang baik.
Firman Alloh dalam Al-Qur'an: Pelita itu dalam
rumah-rumah (mesjid) yang sudah diijinkan Alloh menghormatinya dan menyebut
namaNYA dalam rumah itu serta bertasbih didalamnya pagi dan petang." (Q.S.
An-Nur :36).
***
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
10. MANQOBAH KESEPULUH : PARA ULAMA BAGHDAD BERKUMPUL DI MADROSAH SYEKH ABDUL QODIR DENGAN MEMBAWA MASALAH YANG BERBEDA
alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridlwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
10. MANQOBAH KESEPULUH : PARA ULAMA BAGHDAD BERKUMPUL DI MADROSAH SYEKH ABDUL QODIR DENGAN MEMBAWA MASALAH YANG BERBEDA
Syekh Abu Muhammad Al-Mufarroj meriwayatkan , pada
waktu saya ikut hadir di majelis Syekh Abdul Qodir, seratus orang ulama Baghdad
telah berkumpul masing-masing membawa berbagai masalah untuk menguji Syekh,
lalu beliau menundukkan kepalanya, maka tampaklah oleh mereka cahaya laksana
kilat keluar dari dada beliau. Kemudian cahaya itu menghampiri dada tiap para
ulama tadi, spontan mereka menjadi gemetar kebingungan dan nafas mereka naik
turun, lalu mereka berteriak dengan teriakan yang sama, baju yang mereka pakai
mereka robek-robek sendiri, demikian pula sorban yang mereka pakai, mereka
lemparkan sendiri, lalu mereka mendekati kursi Syekh dan di pegangnya kaki
beliau, lalu masing-masing bergiliran meletakkan kaki Syekh di atas kepala
mereka.
Pada saat itu suasana menjadi gaduh dan hiruk pikuk.
Lalu Syekh memeluk dan mendekap para alim ulama itu seorang demi seorang, dan
masalah yang akan dikemukakan mereka satu-persatu dijawabnya dengan tepat dan
jelas serta memuaskan. Mereka menjadi tercengang serta kagum atas kepintaran
dan kehebatan Syekh dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadinya akan
mereka tanyakan.
***alloohhummansyur 'alaihhi rohmataw waridhwaana waamiddana bi asrorihhi fii kulli waqti wamakaan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar